Fajar bermuka masam, ayam jadi segan keluar.
Tapi banyak raga berlomba cari seribu dua ribu
padahal jiwanya masih berselimut pilu.
Fajar heran, manusia bisa tamak dan tak sopan.
Di sudut jalan, ada pohon mangga sendirian
beberapa temannya mati digilas bulldozer.
Dia sedih, embunnya mengalir lirih.
Pohon mangga heran, manusia bisa tamak dan tak sopan.
Dibagian lain, ada sungai yang tampaknya kurang enak badan.
Dia lemas dan mual, lantaran kebanyakan makan sisa-sisa rumah tangga
kalau sampai muntah, dia sudah siap pasang telinga:
"aku sudah terbiasa disalahkan"
Sungai heran, manusia bisa tamak dan tak sopan.
Aku manusia..
Aku juga heran, kenapa aku bisa tamak dan tak sopan?
Tapi banyak raga berlomba cari seribu dua ribu
padahal jiwanya masih berselimut pilu.
Fajar heran, manusia bisa tamak dan tak sopan.
Di sudut jalan, ada pohon mangga sendirian
beberapa temannya mati digilas bulldozer.
Dia sedih, embunnya mengalir lirih.
Pohon mangga heran, manusia bisa tamak dan tak sopan.
Dibagian lain, ada sungai yang tampaknya kurang enak badan.
Dia lemas dan mual, lantaran kebanyakan makan sisa-sisa rumah tangga
kalau sampai muntah, dia sudah siap pasang telinga:
"aku sudah terbiasa disalahkan"
Sungai heran, manusia bisa tamak dan tak sopan.
Aku manusia..
Aku juga heran, kenapa aku bisa tamak dan tak sopan?